Rajanews.xyz | Maraknya aksi mafia tanah di Batam, Kepulauan Riau, semakin meresahkan masyarakat. Tidak hanya melakukan dugaan penipuan, mereka juga diduga menggunakan preman untuk mengintimidasi warga. (1/2/2025)
Di kawasan Kavling Bukit Seroja, serangkaian dugaan aksi premanisme telah terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Pada November 2024, seorang warga bernama Budi menjadi korban dugaan pemukulan oleh sekelompok preman suruhan mafia tanah. Kemudian, pada Desember 2024, kelompok preman tersebut melakukan pembongkaran paksa terhadap bangunan milik warga di Blok A kawasan tersebut.
Tak berhenti di situ, aksi dugaan perusakan kembali terjadi di Blok D, di mana sejumlah tanaman milik warga dihancurkan. Dalam sebuah rekaman video yang beredar, seorang preman mengakui perbuatannya dan menyebut dirinya sebagai orang suruhan Nasir—sosok yang diduga kuat sebagai mafia tanah yang kebal hukum. Nasir disebut-sebut telah melakukan dugaan penipuan terhadap sejumlah penjual lahan di Piayu, Kecamatan Sei Beduk, Kota Batam, namun hingga kini belum tersentuh hukum.
Seorang warga bernama Golak membenarkan aksi dugaan perusakan yang terjadi pada 31 Januari 2025.
“Ya, Pak, dia datang pakai sepeda motor Yamaha Vixion BP 4805 QQ. Dengan brutalnya, preman itu menghancurkan tanaman di lahan milik warga. Ini bukan pertama kali terjadi. Sebelumnya, pada September 2024, preman yang sama juga terlibat perselisihan dengan warga di Blok A. Keesokan harinya, dia bahkan mendatangi rumah Pak Budi,” ujarnya.
Golak juga menyesalkan lemahnya penegakan hukum terhadap aksi premanisme ini.
“Kemana kami harus mengadu? Hukum seperti berpihak pada mafia tanah. Preman ini adalah orang suruhan Nasir dari PT Batam Riau Bertuah (BRB). Coba kalau warga yang melawan, pasti cepat diproses hukum. Contohnya kejadian Nek We, yang justru ditetapkan sebagai tersangka karena mempertahankan haknya melawan PT Mek,” tambahnya.
Budi, warga Kavling Bukit Seroja yang menjadi korban dugaan pemukulan, juga mengungkapkan kekecewaannya terhadap ketidakadilan yang dialami masyarakat.
“Kami ini seperti menumpang di negeri sendiri. Tidak ada kepastian hukum. Kemarin, tanaman milik warga dihancurkan oleh preman. Pada bulan September, saya sendiri dipukul oleh komplotan preman itu. Bahkan mereka ramai-ramai mendatangi rumah saya,” kata Budi.
Ia berharap aparat kepolisian segera mengambil tindakan tegas.
“Kita lihat dari video itu, preman itu terang-terangan menantang untuk ditangkap. Ini menunjukkan betapa kebalnya mereka terhadap hukum. Kami hanya bisa berharap agar Kapolres Barelang, Kapolda Kepri, dan Kapolri turun tangan untuk menjamin keamanan masyarakat,” tutupnya.
Hingga berita ini diterbitkan, awak media masih berupaya mengonfirmasi keberadaan para preman yang diduga terlibat dalam intimidasi terhadap warga. /Tim
Sumber : Gencarnews.com